Konsep Dasar Pemblajaran Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematica, yang mula-mula berasal dari kata Yunani mathematike yang berarti pengetahuan atau ilmu, kata mathematike berkaitan pula dengan kata mathenein yang berarti berfikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ilmu wacana bilangan-bilangan, korelasi antar bilangan, dan mekanisme operasional yang dipakai dalam penyelesaian kasus mengenai bilangan (Depdikbud).

Matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang sanggup tepat alasannya ialah dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu insan dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam (Kline, 1973). Jika kita mengartikan matematika sebagai ilmu, maka matematika ialah salah satu cabang ilmu yang tersusun secara sistematis dan eksak. Pengertian eksak tersebut tidak berarti bahwa matematika eksak secara mutlak, akan tetapi matematika sebagai ilmu lebih eksak dari pada ilmu-ilmu sosial dan lebih eksak dari pada ilmu-ilmu fisik. Oleh alasannya ialah sifatnya yang eksak ini maka matematika sering kali disebut sebagai ilmu pasti.

Jika kita menengok sejarah perkembangan dari matematika nampak matematika dikembangkan secara tidak teratur dalam arti secara berulang dan bahkan boleh dikatakan secara serampangan, secara sebagian-sebagian,dan secara tetus-menerus mengalami perubahan baik metode maupun isinya. Hal ini dikarenakan adanya bermacam alasan orang dalam berbagi matematika, yakni ada orang yang berbagi matematika untuk keperluan penggunaan diluar matematika dan ada orang yang berbagi matematika dalam penggunaan dan pengembangan matematika itu sendiri.

Menurut Sudjono beropini (Amsal Bkhtiar, 2004: 175) matematika ialah : 1) Matematika ialah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik; 2) Matematika ialah bab pengetahuan insan wacana bilangan dan kalkulasi; 3) Matematika membantu orang dalam menginterprestasikan secara tepat aneka macam wangsit dan kesimpulan; 4) Matematika ialah ilmu pengetahuan wacana kebijaksanaan budi yang nalar dan masalah-masalah yang bekerjasama dengan bilangan; 5) Matematika berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah-masalah wacana ruang dan bentuk 6) Matematika ialah ilmu pengetahuan wacana kuantitas dan ruang.

Russel mendifinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif), seacara sedikit demi sedikit menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan bundar ke bilangan pecah, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan ke perkalian ke deferensisl dan integral, dan mennuju matenmatika yang telah tinggi (Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, 2009: 108).

Soedjadi mendefinisikan bahwa matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, akseomatik, dan deduktif (Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, 2009: 109).

Dari beberapa definisi di atas sanggup diketahui, bahwa bergotong-royong matematika meliputi pengertian dan pengetahuan yang cukup luas. Dengan mempelajari matematika maka akan menerima banyak keuntungan.

Tujuan Pembelajaran Matematika
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik, manfaat, serta tujuan tersendiri yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh guru mata pelajaran. Meski pada umumnya setiap mata pelajaran berpotensi membangun cara berfikir kritis dan sistematis pada siswa melalui kajian serta latihan yang terus menerus.

Berkaitan dengan mata pelajaran matematika, maka kompetensi yang perlu dikaji ialah melihat dari tujuan mata pelajaran tersebut, alasannya ialah setiap mata pelajaran dibutuhkan sanggup mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Didalam Kurikulum  (Depdiknas,2006:417) bahwa tujuan mata pelajaran matematika adalah:
  • Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan  alogaritma , secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.
  • Menggunakan perkenalan pada contoh dan sifat , menggunakan  manipulasi matematika dalam menciptakan generalisasi , menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
  • Memecahkan kasus yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika menjelaskan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
  • Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
  • Memiliki perilaku menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan , yaitu mempunyai rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta perilaku giat dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Uraian tersebut menawarkan klarifikasi pada kita, bahwa mata pelajaran matematika sangat penting diberikan secara sistematis kepada siswa, sebagai bekal siswa untuk selalu berpikir sistematis dalam menelesaikan masalah, tepat dalam menentukan dan menuntaskan persoalan. Mata pelajaran matematika yang sering dianggap sulit oleh siswa, menjadi problem khusus baik pada satuan pendidikan SMP, serta sekolah menengah. Dianggap sulit alasannya ialah mata pelajaran tersebut berkisar wacana angka-angka serta simbol-simbol khusus dalam aneka macam rumus-rumus matematika dalam memberikan serta menuntaskan persoalan. Secara filosofis matematika ialah bahasa yaitu bahasa angka, yang dimaksud ialah memberikan aneka macam persoalan-persoalan serta menuntaskan kasus melalui angka-angka.

Namun betapapun problem pembelajaran matematika menjadi kasus di setiap sekolah, tetapi hal tersebut menjadi tantangan bagi guru mata pelajaran khususnya untuk lebih memahami karakteristik mata pelajaran tersebut serta menggali aneka macam model pembelajaran gampang disampaikan dan dipahami oleh siswa pada setiap jenjang satuan pendidikan.
loading...
Buat lebih berguna, kongsi:
close