Menjelang perayaan Natal 2015 dan Tahun Baru 2016, polisi memutuskan keamanan Indonesia berstatus Siaga I. Sebab, bahaya menjelang perayaan pada selesai tahun itu selalu terbuka kemungkinan terjadi.Kepala Polisi Republik Indonesia Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi isu mengenai bahaya pada bulan Desember 2015. Informasi itu diperkuat oleh pihak pegawapemerintah keamanan dari negara lain.
"Mengindentifikasi bahwa ada isu (ancaman) pada bulan Desember yang dikuatkan oleh FBI (Federal Bureau of Investigation), AFP (Australian Federal Police), dan dari Singapura. Kami melaksanakan langkah-langkah dan upaya prefentif, kita siapkan (status) Siaga I," kata Badrodin di Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta, Senin (21/12/2015).
Ribuan personel bakal dikerahkan untuk mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru di Jakarta. Hal itu dipastikan Kapolda Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian, usai bertemu Gubernur Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota Jakarta.
"Total semua untuk malam natal lebih 8000 personel. Tahun gres setengah kekuatannya Polisi Republik Indonesia jadi hampir 18 ribu anggota belum lagi kekuatan Pemerintah Daerah dan Polri, saya kira jika ditotal lebih dari 20.000," ujar Tito, Senin (21/12).
Dijelaskannya, ada 9 titik rawan dikala pelaksanaan natal dan tahun baru. "Ada 9 tempat kita waspadai khusus untuk natal dan tahun baru. sebagian besar di luar wilayah aturan Jakarta, adanya di tangerang-bekasi," jelasnya.
Meski demikian, ketika ditanya titik-titik yang akan menjadi tempat rawan dikala natal dan tahun baru, Tito enggan menyebutkan detil lokasi yang telah ditetapkan itu.
"Sementara jika di Jakarta ada dua tapi kita mudah-mudahan enggak terlalu signifikan. saya enggak usah sebutkan di mana tapi ada," tandasnya.
Menurut Badrodin, pihaknya akan terus memonitor setiap gerakan kelompok-kelompok radikalisme di Indonesia. Termasuk kelompok-kelompok yang menjadi belahan kelompok radikalisme internasional, menyerupai ISIS.
Meski demikian, dari isu yang diterimanya, Badrodin mengatakan, tidak secara spesifik menyebutkan tindakan terorisme dilakukan pada Natal dan Tahun Baru 2015. Informasi itu hanya menyebutkan, tindakan itu dilakukan pada Desember 2015.
"Kita temukan, tidak sebutkan spesifik untuk Natal dan Tahun Baru. Tapi kita monitor terus kelompok-kelompok yang terdata di kami. Termasuk jaringan internasional dan mewaspadai kelompok-kelompok lain," kata Badrodin.
Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polisi Republik Indonesia menangkap 9 terduga teroris di 5 wilayah berbeda di Indonesia. Mereka ditangkap dalam waktu 3 hari, yakni pada 18, 19, dan 20 Desember kemarin.
Mereka yang ditangkap itu merencanakan melaksanakan agresi teror di masyarakat berupa peledakan bom yang akan dirakit. Dari penangkapan itu, Densus 88 kemudian mengamankan sejumlah benda yang diduga terkait dengan planning agresi teror itu. Di antaranya paralon, karbit, gotri, parang, buku wacana jihad, buku pelajaran kimia, parafin, paku, paspor, switching, buku intelijen, dan peta wilayah Jabotabek
Sumber: http://news.liputan6.com/
loading...
Buat lebih berguna, kongsi:

